Konferensi Malino: Laporan Politik van Hoven dan Jabir Syah
Selamat datang di , pada kesempatan yang baik ini, akan sedikit mengulas tentang beberapa hal yang menyangkut kondisi Maluku Utara saat itu, atas Konferensi Malino. Berdasarkan laporan Dr. van Hoven kondisi Maluku Utara saat itu, antara lain sebagai berikut;
- Di Ternate & Tobelo keadaan tenang, demikian pula onderafdeling lain, seperti di Sula, Jailolo & Weda.
- Pada Juni 1946 pasukan Hulptroepen telah menahan seorang yang menamakan diri penjaga keamanan rakyat teluk Kao.
- Pemukiman kembali 2700 mantan Heiho di Galela telah selesai. Demikian juga, repatriasi tentara Jepang telah rampung. Sementara sebagian rakyat yang mengungsi ke Morotai telah kembali ke kampung-kampung halamannya.
- Residen Jabir Syah meminta kepada Komandan tentara Belanda agar Hulptroepen dapat direkrut menjadi tentara KNIL (M. Adnan Amal, 2010: 418).
Sementara itu, dalam laporan politik periode 15 hingga 31 Agustus 1946, Residen Jabir Syah mengemukakan telah menerima sepucuk surat dari Jailolo yang menanyakan tentang Konferensi Malino. Dan jawaban Jabir Syah atas surat itu adalah bahwa konferensi itu tidak mengambil keputusan apapun tentang Negeri Belanda. Residen Maluku Utara ini juga melaporkan telah membuat surat edaran kepada seluruh onderafdeling (pemerintahan wilayah setempat) agar tetap tenang & memelihara keamanan. Aparat pemerintahan di onderafdeling supaya menjalankan tugasnya dengan baik dari sebelumnya. Laporan Jabir Syah di akhiri dengan pesan:
- Jangan bentrok melawan Nederland/kelompok rakyat lainnya; &
- Ikatan persahabatan dengan Nederland supaya tetap dipelihara (M. Adnan Amal, 2010: 419).
Sumber
M. Adnan Amal, 2010, Kepulauan Rempah-rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, Jakarta: KPG
Demikianlah ulasan yang pada kesempatan kali ini dapat sempaikan, terima kasih telah membaca maupun berkunjung, cukup sekian dan sampai jumpa!